American Institute of
Certified Public Accountants
(AICPA), 1953, dalam Accounting Terminology Buletin No.1 mendefinisikan akuntansi sebagai:
“the art of recording, calssifying, and summarizing in a
significant manner and it terms of money, transactions, and events, which are,
in part at least of financial character and interpretting the results there of”.
Dengan
berkembangnya waktu, pengertian akuntansi mengalami perluasan makna.
Warren,et.al dalam Suharli (2006) mendefinisikan akuntansi sebagai berikut:
“Accounting is an
information system that provides reports to various individuals or group about
economics activities of an organization or other entity”
Akuntansi yang
pada awalnya merupakan seni pencatatan telah berkembang menjadi suatu sistem
informasi. Sistem informasi merupakan kebutuhan
dalam era informasi yang berkembang pesat saat ini. Dapat disimpulkan,
akuntansi merupakan kebutuhan mendasar bagi entitas untuk mengambil kebijakan
dan keputusan.
AKUNTANSI
KEUANGAN
Akuntansi
menghasilkan informasi keuangan suatu entitas. Informasi keuangan tersebut
dihasilkan melalui proses akuntansi dan tersusun secara terstruktur dan disebut
laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan wujud pertanggungjawaban entitas
terhadap pihak pengguna laporan keuangan, khususnya pihak eksternal. Pengguna
laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengguna internal
(pihak manajemen entitas itu sendiri) dan pengguna eksternal (pemegang saham,
investor, kreditor, pemerintah).
Laporan keuangan yang dihasilkan sesuai
standar dan ditujukan untuk pengguna eksternal merupakan bagian dari akuntansi
keuangan. Sedangkan laporan keuangan yang ditujukan untuk pengguna internal
merupakan bagian dari akuntansi manajemen.
Statement of Financial Accounting Concept
(SFAC) No.1 menjelaskan bahwa pelaporan keuangan harus menyajikan informasi
yang:
a.
Berguna bagi investor dan
kreditur yang ada dan yang potensial dan pemakai lainnya dalam membuat
keputusan untuk investasi, pemberian kredit dan keputusan lainnya. Informasi
yang dihasilkan harus memadai bagi pengambilan keputusan. Disamping itu, pihak
pengguna sebaiknya mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kegiatan dan usaha
perusahaan dan peristiwa-peristiwa ekonomi sehingga informasi-informasi yang
terkandung dalam pelaporan keuangan dapat ditelaah dengan baik.
b.
Dapat membantu investor dan
kreditur yang ada dan yang potensial dan pemakai lainnya untuk menaksir jumlah,
waktu, dan ketidakpastian dari penerimaan uang di masa yang akan datang yang
berasal dari dividen atau bunga dan dari penerimaan uang yang berasal dari
penjualan, pelunasan, atau jatuh temponya surat-surat berharga atau
pinjaman-pinjaman. Rencana penerimaan dan pengeluaran uang (cash flow) kreditur
dan/atau investor terkait erat dengan cash flow perusahaan. Pelaporan keuangan
perusahaan harus menyajikan informasi untuk membantu investor, kreditur, dan
pihak-pihak lainnya untuk memperkirakan jumlah, waktu dan ketidakpastian dari
aliran kas neto (arus kas masuk dikurangi arus kas keluar) di masa datang.
c.
Menunjukkan sumber-sumber
ekonomi dari suatu perusahaan, klaim atas sumber-sumber tersebut (kewajiban
perusahaan untuk mentransfer sumber-sumber ke perusahaan lain dan ke pemilik
perusahaan), dan pengaruh dari transaksi-transaksi, kejadian-kejadian, dan
keadaan-keadaan yang mempengaruhi sumber-sumber dan klaim atas sumber-sumber
tersebut.
PELAPORAN
KEUANGAN DAN LAPORAN
KEUANGAN
Pelaporan
keuangan memiliki makna lebih luas dibanding dengan laporan keuangan. Pelaporan
keuangan meliputi laporan keuangan dan cara-cara lain untuk melaporkan
informasi seperti prospektus, peramalan oleh pihak manajemen,
dan sebagainya. Sedangkan laporan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba
rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Menurut PSAK No. 1 (Revisi 2009), tujuan
laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan
juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka.
Agar informasi
dapat bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau
mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu.
Informasi
yang relevan harus memiliki unsur prediksi dan tepat waktu. Informasi posisi
keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk
memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang
langsung menarik perhatian pemakai. Untuk memiliki nilai prediktif,
informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan. Namun demikian, kemampuan laporan
keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan menampilkan informasi
tentang transaksi dan peristiwa masa lalu.
Relevansi
informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Informasi dipandang
material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat
informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil
atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau
kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat. Karenanya, materialitas lebih
merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah daripada suatu karakteristik
kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.
Kualitas
penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya
untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan
memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang
wajar.
Keandalan
Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diadalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
Penyajian jujur
Agar dapat
diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan.
Substansi mengungguli bentuk
Jika informasi
dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang
seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan
sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.
Netralitas
Informasi
harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan
pihak tertentu.
Pertimbangan sehat
Penyusun
laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan
tertentu seperti ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat
pabrik serta peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul.
Ketidakpastian tersebut kemudian diakui dengan mengungkapkan hakikat serta
tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan
keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
perkiraan sehingga asset atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan
kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah.
Kelengkapan
Agar dapat
dibandingkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan
informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat
diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi
Pemakai
harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai
juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara
relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari
transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk
perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan
yang berbeda.
Implikasi
penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa
pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh
perubahan tersebut.
Penerapan
karakteristik kualitatif pokok dan standar akuntansi keuangan yang sesuai
biasanya menghasilkan laporan keuangan yang menggambarkan apa yang pada umumnya
dipahami sebagai suatu pandangan yang wajar dari, atau menyajikan dengan wajar,
informasi semacam itu.
1.
Asumsi Dasar
a.
Kesatuan usaha khusus
Dalam
konsep kesatuan usaha khusus perusahaan dipandang sebagai suatu unit usaha yang
berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Dengan demikian transaksi-transaksi yang terjadi dalam perusahaan
dipisahkan dari transaksi-transaksi pemilik.
b.
Kontinuitas
usaha
Konsep
ini berpegang bahwa suatu perusahaan akan hidup terus dan tidak terjadi
likuidasi di masa yang akan datang. Penekanan dari konsep ini adalah adanya
anggapan bahwa akan tersedia cukup waktu bagi perusahaan untuk menyelesaikan
usaha, kontrak-kontrak dan perjanjian dengan pihak ketiga.
c.
Penggunaan unit moneter
Beberapa
transaksi yang terjadidalam suatu perusahaan dapat dicatat dengan menggunakan
ukuran unit fisik atau waktu, tetapi karena tidak semua transaksi itu bisa
menggunakan ukuran unit fisik yang sama, sehingga akan menimbulkan kesulitan di
dalam pencatatan dan penyusunan laporan keuangan. Untuk mengatasi masalah
tersebut, semua transaksi yang terjadi dinyatakan dalam suatu satuan unit
moneter. Unit moneter yang
digunakan adalah mata uang dari negara dimana perusahaan itu berdiri.
d.
Periode waktu
Laporan-lapoan
terkait dengan sumber daya perusahaan harus dibuat tepat pada waktunya agar
dapat berhasil guna bagi pihak pemakai laporan (internal maupun eksternal).
2.
Konsep Dasar
a. Historical cost
Prinsip
ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat asset, utang,
ekuitas dan biaya. Yang dimaksud dengan harga perolehan adalah harga pertukaran
yang disetujui oleh kedua belah pihak yang terlibat dalam suatu transaksi.
Walaupun prinsip biaya historis merupakan ukuran yang objektif dan verifiable
tetapi dianggap kurang bisa mencerminkan harga saat ini sehingga ada beberapa
asset yang dituntut untuk dinilai berdasar current
cost.
b. Revenue recognition
principle
Pendapatan merupakan aliran masuk
harta (asset) yang timbul dari penyerahan barang dan atau jasa yang dilakukan
oleh suatu unit usaha selama suatu periode tertentu. Dasar yang digunakan untuk
mengukur besarnya pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima
dari transaksi penjualan dengan pihak ketiga. Pendapatan dalam hal ini dapat
juga termasuk pendapatan diluar kegiatan utama perusahaan seperti pendapatan
bunga, sewa, penjualan asset, dan lain sebagainya.
Biasanya pendapatan diakui pada saat
terjadinya penjualan barang atau jasa, akan tetapi hal ini disesuaikan pula
dengan sifat industri terkait. Untuk industri pertambangan, pendapatan dapat
diakui pada saat produksi selesai karena pada saat produksi selesai besarnya
pendapatan telah dapat ditentukan. Sedangkan untuk industri yang terkait dengan
pembangunan dalam jangka panjang, pendapatan dapat diakui dalam periode-periode
dimana pekerjaan pembangunan dikerjakan, dan tidak harus menunggu sampai seluruh
pekerjaan selesai dan dilakukan serah terima.
c.
Matching principle
Prinsip mempertemukan yang dimaksud adalah
mempertemukan biaya dan pendapatan yang timbul karena biaya tersebut. Prinsip ini berguna untuk menentukan besarnya
penghasilan bersih yang diterima oleh perushaan dalam periode tertentu. Oleh karena itu, pembebanan biaya
tergantung dengan pengakuan pendapatan. Apabila pengakuan pendapatan ditunda,
maka pembebanan biaya juka ditunda sampai dilakukannya pengakuan
pendapatan.
d. Consistency principle
Tujuan
penyusunan laporan keuangan adalah untuk menunjukkan kondisi keuangan dan hasil
kegiatan utama perusahaan dalam satu periode akuntansi. Agar tujuan tersebut
tercapai maka perusahaan harus memilih metode-metode akuntansi sesuai kebutuhan
dan tujuan perusahaan. Laporan
keuangan biasanya disajikan dalam perbandingan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan ataupun kemunduran
yang dialami oleh perusahaan. Agar dapat dibandingkan, prosedur dan metode
akuntansi yang diterapkan perusahaan seharusnya konsisten diterapkan dari tahun
ke tahun.
Konsistensi tidak berarti bahwa
perusahaan tidak boleh melakukan pergantian metode dan prosedur akuntansi yang
telah diterapkan, akan tetapi apabila ada perubahan seyogyanya perusahaan
menginformasikan akibat dari pergantian tersebut dalam laporan keuangan.
e. Full disclosure principle
Full disclosure yang dimaksud adalah
menyajikan pengungkapan yang lengkap dalam laporan keuangan. Karena empat
laporan keuangan pokok hanya berisi ringkasan-ringkasan informasi maka biasanya
terdapat penjelasan lengkap dalam catatan atas laporan keuangan atau dapat juga
tercantum dalam catatan kaki.
Catatan kaki biasanya digunakan
untuk menjelaskan:
- Prinsip akuntansi yang
digunakan
- Perubahan-perubahan,
seperti perubahan prinsip akuntansi, taksiran maupun koreksi-koreksi kesalahan
- Adanya kemungkinan laba atau rugi bersyarat